Minggu, 24 Maret 2013

image
Software lokal memang sedang gembor-gembornya di Indonesia sekarang ini. Kreativitas anak bangsa pun mulai dibicarakan di mana-mana. Tapi, berapa saja sih software lokal yang mampu berkembang dan sukses? Hanya beberapa saja! Sisanya, biasanya hanya tenar untuk sementara, lalu pengembangannya mati tanpa kabar.
Masihkah anda ingat dengan Ansav? Ya, salah satu antivirus lokal yang terbilang cukup ampuh dalam membasmi virus. Ansav sempat sangat terkenal di jangka waktu 2008-2009. Namun, sekarang, bagaimanakah kabarnya? Ya, Ansav sudah mati pengembangannya.
Jumlah software lokal sekarang ini memang terbilang cukup banyak. Software-software lokal juga sudah mulai menyamai produk luar untuk urusan manfaat dan kecanggihannya. Namun, berapakah yang pengembangannya masih hidup? Atau, berapakah yang bisa sukses dan bisa go international?
Nah, berikut penyebab mengapa software lokal tidak bisa berkembang dengan baik:
  1. Pengguna masih memandang sebelah mata software lokal.Yap. Pengguna komputer di Indonesia cenderung mengidentikan software lokal dengan kualitas yang jelek, dsb. Mereka lebih suka mengandalkan produk luar. Padahal, tidak semua produk luarsesuaidengan keadaan pengguna komputer di Indonesia. Karena itulah, produk lokal muncul. Tetapi, sayangnya produk lokal ini malah sering diremehkan.
  2. Pemerintah kurang mendukung software lokal.Selama ini, kita jarang sekali mendengar bahwa pemerintah menggandeng tangan dengan pihak software-software lokal. Mungkin inilah yang jadi penyebab sekunder mengapa software lokal kurang berkembang. Sekalinya mendukung, pemerintah malah mendukung software yang “salah” yang sebenarnya tidak patut didukung, seperti Artav, GarudaOS, dll. (Cari di Google tentang kedua produk itu)
  3. Hanya jual produk, bukan jual “manfaat”
    Ya, kebanyakan pihak-pihak pengembang software lokal hanya menjual produk, bukan “manfaat”. Maksudnya, kita hanya menawarkan kegunaan produk (software ini dapat blablabla), tetapi tidak menawarkan “manfaat” produk bagi konsumen (anda bisa menghemat waktu anda meng-blablabla karena blablabla). Tentu saja konsumen akan lebih berminat bila kita menjual “manfaat”.
  4. Kebanyakan software lokal berbayar malah dibajak
    Nah, yang ini paling parah. Katanya cinta produk sendiri, namun, kenyataannya, malah banyak pengguna yang membajak software lokal yang ada versi pro atau berbayar. Ini adalah tindakan yang secara tidak langsung menyurutkan semangat si programmer untuk terus berkarya. Agak miris, memang…
  5. Tak ada yang mau menyumbangkan donasi untuk software gratis
    Tidak adanya donasi membuat si programmer tidak dapat memenuhi kebutuhannya untuk terus menghasilkan karya. Tentu ini dapat membuat si programmer malas atau putus asa untuk melanjutkan pengembangan software-nya.
  6. Programmer software lokal kurang serius
    Tidak seriusnya si programmer/pengembang software lokal juga dapat berpengaruh kepada pengembangan software. Bila si programmer berpendapat kalau software karyanya hanya “sampingan”, maka, tidak ada jaminan bahwa software karyanya akan terus hidup atau berkualitas baik.
Yah, segitu saja kurang lebihnya tentang penyebab software lokal kurang berkembang. Btw, ternyata ane bisa juga nulis postingan yang agak serius seperti ini.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.